Untuk Apa Beragama?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa agama adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan menurut antropologi -atau ilmu sosial secara umum- memahami makna agama sangatlah kompleks. Tidak ada definisi, tafsir, dan pengertian tunggal mengenai "agama". Dan, tidak ada teori antropologi yang baku mengenai agama dan tidak ada metodologi yang seragam mengenai studi sistem kepercayaan dan ritual.

Pada umumnya, seseorang mengenal dan memeluk agama karena pengaruh lingkungan keluarga dan tradisi yang mapan dalam masyarakat. Setelah melalui proses belajar dan dengan bertambahnya usia serta pergaulan, tentu saja seseorang itu akan memiliki alasan dan penjelasan lebih rasional mengapa memeluk agama. Nah, tulisan singkat ini berupaya sedikit menjabarkan untuk memahami alasan dan penjelasan itu sehingga keberagamaan itu tumbuh atas dasar pengetahuan dan kepahaman. Meskipun, tidak semua keyakinan dan pengalaman beragama bisa dijelaskan secara logis-rasional.

Baiklah…
Bicara agama, dimensi agama yang paling menonjol ada empat, yaitu beriman pada Tuhan, pada kehidupan setelah kematian, adanya ritual keagamaan, dan konsep amal kebajikan dalam hidup. Keempat dimensi tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Manusia adalah satu spesies makhluk yang unik dan istimewa dibanding makhluk-makhluk lainnya. Karena, manusia dicipta dari unsur yang berbeda, yaitu unsur hewani dan unsur ruhani. Dari unsur hewani, manusia tidaklah lebih dari binatang, bahkan lebih lemah darinya. Kita maklumi bahwa banyak di antara binatang yang lebih kuat secara fisik dari manusia, ada binatang yang memiliki ketajaman mata yang melebihi penglihatan mata manusia, ada pula binatang yang penciumannya lebih peka dari penciuman manusia, dan sejumlah kelebihan-kelebihan lainnya yang tidak dimiliki oleh manusia.

Kelebihan manusia terletak pada unsur ruhani, yaitu mencakup hati dan akal. Dengan akalnya, manusia yang lemah secara fisik dapat menguasai dunia dan mengatur segala yang ada di atasnya. Unsur akal pada manusia, awalnya masih berupa potensi yang perlu difaktualkan dan ditampakkan. Diperlukanlah adanya suatu aturan, sistem, dan tata kaidah yang dengan semua itu sehingga manusia -dalam faktualnya- berbeda dari binatang serta keistimewaan akal pada manusia itu berfungsi sebagaimana mestinya.

Itu semua hanya akan terjamin keberlangsungannya jika di dalam diri manusia terdapat suatu sumber kekuatan berupa suatu zat atau entitas yang melampaui daya kuasa manusia yang dianggap supranatural. sakral dan fundamental. Itulah keyakinan akan adanya Tuhan dan kehidupan akhirat. Sehingga dalam hal ini, bahkan para filsuf dan kaum humanis tetap meyakini Tuhan walau tidak berdasarkan kitab suci, tetapi dengan melakukan refleksi dan kontemplasi. Juga sering ditemukan suatu komunitas yang berbuat baik semata dengan mengikuti hati nuraninya berdasarkan nalarnya, yang namun mereka tetap meyakini adanya Tuhan dan kehidupan akhirat, hanyasaja tidak mau terikat dengan institusi dan ajaran agama yang formal.

Dapatlah diambil kesimpulan, bahwa dari pemfaktualan potensi akal membutuhkan adanya tata aturan, kemudian mendatangkan keterikatan pada zat yang sakral yang diyakini maha sempurna dan diimajinasikan sebagai Tuhan. Selanjutnya, dari keyakinan itu akan timbul ketundukan terhadap semua hal yang berhubungan dengan-Nya. Dalam hal ini, bagi pemeluk agama samawi, sosok para Rasul diyakini sebagai perantara Tuhan untuk manusia, datang menyampaikan pesan dan ajaran-Nya, yang kemudian terhimpun dalam kitab suci.

Akhirnya, dengan melengkapi diri secara proporsional semua dimensi agama (keyakinan, hukum, dan norma), dengan menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab suci itu, akan mendatangkan kebahagiaan, kedamaian, ketenangan baik di dunia maupun akhirat. Itu semualah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap manusia.

Demikian tulisan ini, semoga judul terjawabkan.

Comments